Estafet Sejarah di Panggung Dunia: Opini Hamdan Hamedan tentang Peran Prabowo di Sidang Umum PBB
OPINI MUDA

Jakarta — Sejarah seakan berulang. Tujuh puluh enam tahun lalu, seorang ayah berdiri di mimbar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyuarakan kemerdekaan Indonesia dan mengetuk pintu nurani dunia. Besok, 23 September 2025, sang putra akan berdiri di podium yang sama, melanjutkan estafet suara Indonesia di hadapan para pemimpin dunia.
Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan berpidato di urutan ketiga setelah Brasil dan Amerika Serikat dalam Sidang Umum PBB. Momen ini menandai kembalinya Indonesia secara langsung di panggung utama dunia setelah satu dekade.
Menanggapi momen bersejarah ini, Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hamdan Hamedan, menyampaikan pandangannya melalui sebuah tulisan berjudul “Estafet Sejarah di Panggung Dunia”. Dalam opininya, Hamdan menegaskan bahwa pidato Prabowo bukan hanya sekadar agenda kenegaraan, melainkan kelanjutan dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia di forum dunia.
Sumber: Instagram @hamdan.hamedan
Baca Juga: Buah Muhibbah Presiden Prabowo dari Dunia Internasional
Berikut isi lengkap tulisan Hamdan Hamedan:
Estafet Sejarah di Panggung Dunia
23 September 2025.
Seorang putra bangsa akan berdiri di mimbar Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Di hadapan para pemimpin dunia.
Disaksikan miliaran umat manusia.
Baca Juga: Indonesia Perkuat Diplomasi Bebas Aktif, dari BRICS hingga Pertahanan Maritim
Bukan sekadar pidato.
Ini adalah kelanjutan sejarah.
76 tahun lalu, sang ayah pernah bersuara di gedung yang sama.
Mengecam agresi.
Menggalang Asia untuk kemerdekaan Indonesia.
Mengetuk pintu nurani dunia.
Hari ini, estafet itu berlanjut.
Sang putra berbicara di urutan ketiga
setelah Brasil dan tuan rumah Amerika
saat ruangan penuh, mata dunia tertuju.
Setelah satu dekade, Indonesia kembali hadir secara langsung di panggung utama dunia.
Membawa suara rakyatnya.
Membawa harapan bangsa-bangsa.
Menegaskan bahwa diplomasi lebih mulia daripada agresi.
Bahwa meja perundingan lebih bijak daripada medan pertempuran.
Bahwa multilateralisme adalah nafas bersama umat manusia.
Bahwa unilateralisme hanyalah hasrat segelintir yang berbahaya.
Bahwa perdamaian adalah tanah subur tempat kesejahteraan tumbuh.
Agar anak-anak dunia — dari Amerika, Indonesia, Palestina, hingga Zambia —
dapat tersenyum bahagia, hidup sejahtera, tanpa rasa takut akan masa depan mereka.
Sumber: Instagram @hamdan.hamedan
Melalui opininya, Hamdan Hamedan menekankan bahwa momen pidato Prabowo di Sidang Umum PBB menjadi simbol estafet sejarah, di mana suara Indonesia kembali menggaung, membawa pesan perdamaian dan kesejahteraan global.
Bagi GEMPITA (Gerakan Milenial Pencinta Tanah Air), momen ini adalah pengingat bahwa diplomasi dan suara Indonesia di dunia internasional tidak hanya milik para pemimpin, tetapi juga estafet perjuangan yang harus dijaga generasi muda.
Suara Indonesia di panggung dunia adalah warisan yang mesti kita lanjutkan — dengan semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan komitmen untuk memperjuangkan perdamaian bagi seluruh umat manusia.